Doa Bapa Kami - Bagian 2 8:27 AM

Kata Pengantar

Buletin ini adalah bagian kedua dari pembahasan mengenai Doa 8apa Kami. Untuk menjadi jelas bagi kita, ulasan Doa Bapa Kami ini diambil dari Injil Lukas 11:2-5. Jadi bagian doksologi (karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya) tidak kami uraikan dalam tulisan mengenai Doa Bapa Kami yang kami buat kali ini.

Dengan secara sadar tulisan ini tidak mengutip secara mutlak ungkapan pemikiran James Mulholland, dalam bukunya Praying Like Jesus, kami menyadari bahwa setiap kali kita mencoba bersama memahami makna Doa Bapa Kami yang Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya kita akan makin diteguhkan dan diperlengkapi untuk memberi makna hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Mari meresapi komitmen dan kedalaman dari isi Doa Bapa Kami melalui hati dan pikiran yang jernih terhadap apa yang telah Yesus ajarkan dalam Doa 8apa Kami.

BERIKANLAH KEPADA KAMI MAKANAN YANG SECUKUPNYA

Dalam bukunya, Praying Like Jesus, James Mulholland menceritakan ketika ia sedang menyaksikan suatu program TV di mana seorang Sudan-Kristen sedang diwawancarai. Orang itu bertanya, "Bagaimana saudara-saudari Kristen kita yang kaya di Amerika dapat mengabaikan fakta bahwa kami di Sudan sedang mati kelaparan?" Tiba-tiba pertanyaan ini memberi pelbagai keinginan di hati James. Pertama-tama ia bersyukur bahwa ia tidak harus menjawab pertanyaan itu. Tetapi kemudian ia berkata pada dirinya, apa yang harus aku katakan kepada orang itu? Bukankah selama ini kita sering meminta kepada Tuhan, "Berilah kepada kami kemewahan sehari-hari pada hari ini? Dan jarang sekali memikirkan penderitaan mereka yang berada pada garis kelaparan yang amat menakutkan? Bukankah bagi orang Sudan itu doa, "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya" merupakan doa yang disampaikan sebagai jerit keputusasaan? Sementara itu bagi James yang bobotnya sudah kelebihan 20 pon dari yang seharusnya, bukankah permohonan tersebut merupakan sebuah tekad untuk melakukan tindakan kemurahan hati untuk tidak meminta roti bagi diri sendiri melainkan dorongan untuk memastikan bahwa saudara kita yang di Sudan memiliki makanan yang cukup?

Ungkapan "Berikanlah kepada kami makanan yang secukupnya" menuntun kita untuk memahami secara serius apa yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya. Bahwa mampu makan secukupnya adalah masalah yang serius dan ini merupakan prioritas yang penting dalam membangun Kerajaan Allah, yaitu kebutuhan dasar manusia harus dipenuhi. Dalam Matius 25.31-46 di jelaskan dengan gamblang mengenai prioritas utama dari membangun Kerajaan Allah. Sebab ketika aku lapar, kamu memberi aku makan; ketika aku haus kamu memberi Aku minum....... dst.

Dengan kalimat doa ini, Yesus selain mengajarkan orang untuk memiliki kecukupan kebutuhan dirinya, Ia menekankan tugas murid-murid Kristus/Gereja untuk menoleh kepada mereka yang berkekurangan dan menderita. Yesus menentang ketamakan dan mengajarkan bagaimana berbagi dan peduli dalam kasih.

Lihatlah bagaimana sesungguhnya sejak dalam masa Perjanjian Lama umat Allah diingatkan untuk memerangi ketamakan dan mendapat teguran dari Allah terhadap cara hidup yang penuh dengan pemuasan diri sendiri (bnd. Yehezkie) 34:3-4, 20-22).
Melalui permohonan: "Berikanlah kepada kami makanan kami yang secukupnya", mengajarkan bahwa berkat-Nya merupakan sumber daya kita untuk membangun Kerajaan Allah. Tanggapan terhadap kemakmuran bukanlah menuruti nafsu dengan sepuas-puasnya atau mencari lebih banyak berkat bagi kenikmatan diri sendiri. Di sana Yesus mengajarkan bahwa kemakmuran dan berkat bukanlah tujuan hidup itu sendiri. Tanggapan yang tepat terhadap kemakmuran adalah belas kasih. "Berikanlah kepada kami makanan yang secukupnya", merupakan doa persamaan derajat.

Dalam Kisah Rasul 2:41-47, ketika jemaat mula-mula mengalami pertumbuhan yang pesat, itu terjadi karena mereka memiliki karakter yang penuh belas kasih dan kepedulian satu kepada yang lain. Pesan yang perlu kita ingat adalah "dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing" (Kis. 2:45).

Doa ini merupakan sebuah pengakuan bahwa Allah memberi perhatian yang lebih daripada sekedar kebutuhan saya. Allah peduli pada kebutuhan semua orang. Allah menginginkan agar semua orang memiliki secukupnya melalui tindakan aktif dan penuh inisiatif satu kepada yang lain dalam memaknai berkat Allah dalam hidupnya. Ini bukan berarti bahwa Yesus memihaki kemalasan dan sikap meminta-minta, tetapi merupakan sebuah panggilan untuk adanya keseimbangan dalam hidup ini. Sebuah penyangkalan diri untuk tidak mengklaim berkat sebagai milik kepunyaan diri melainkan sebuah perlengkapan yang Tuhan beri agar kita menjalankan keadilan dan kemurahan hati di dalam hidup terhadap orang lain yang membutuhkannya sehingga terdapat keseimbangan (bnd. dengan II Korintus 8:13).

AMPUNILAH KAMI SEPERTI KAMI MENGAMPUNI ORAN6 YANG BERSALAH KEPADA KAMI

Menjelang akhir Perang Saudara di Amerika, banyak orang yang mendukung dilakukannya hukuman yang cepat dan mengerikan untuk pihak Selatan kepada Abraham Lincoln. Keinginan untuk menghancurkan musuh terasa begitu pekat. Tetapi Lincoln mematahkan kecenderungan dan semangat menghancurkan ini dengan jawabannya, "Apakah saya tidak menghancurkan musuh saya bila saya membuat mereka menjadi sahabat saya?" Lincoln meyakini bahwa Alkitab mengajarkan belas kasih yang memenangkan penghakiman.

"Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami", adalah ulasan yang sangat indah yang diajarkan Yesus dalam Doa Bapa Kami. Doa ini mengingatkan kita pada apa yang Yesus jelaskan dalam perumpamaan mengenai hamba yang diampuni rajanya karena hutangnya yang amat besar, sementara ia sendiri tidak mau mengampuni kesalahan temannya yang relatif kecil sekali bila dibandingkan dengan hutangnya (Mat. 18:2135)

Pengampunan harus dimulai dengan sebuah permohonan ampun atas kesalahan kita dan pada saat yang sama sebuah dorongan kesediaan untuk mengampuni orang lain. Kenapa demikian? Hal ini karena sebuah pengampunan yang luar biasa cuma bisa kita terima dengan rendah hati dan ungkapan terimakasih. Sebuah pengampunan yang mendorong kita melakukan hal yang serupa terhadap kesalahan orang lain.

Di sini kita juga mendengar apa yang menjadi keinginan Allah terhadap umat-Nya. Ia tidak menginginkan penghukuman, penghakiman dan pengutukan, tetapi yang dikehendaki-Nya adalah pertobatan, pendamaian kembali dan belas kasih. Dalam doa-Nya ini Yesus menjelaskan betapa rahmat memiliki tujuan ganda. Rahmat ditujukan untuk mengembalikan kita dalam hubungan yang sepantasnya dengan Tuhan, tetapi rahmat mengembalikan kita dalam hubungan yang semestinya dengan sesama.

Kita diberi pengampunan sehingga kita kembali dalam rengkuhan Tuhan tanpa rasa takut dan perasaan bersalah, dan pada saat yang sama kita juga belajar mengucapkan syukur atas pemulihan Allah melalui kesediaan berdamai kembali dengan sesama.

"Ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami" adalah panggilan untuk berbelas kasih. Pengampunan bukanlah suatu pilihan. Pengampunan adalah suatu fondasi di dalam hubungan yang sehat dengan Allah dan sesama_ Suatu tindakan yang pembelajarannya berasal dari Allah sendiri dalam Kristus. Sesungguhnya memiliki hati yang berbelas kasih bukanlah keinginan dasar dari manusia. Ada banyak kali khayalan balas dendamlah yang pertama-tama menguasai hati yang terluka, pedih dan marah terhadap perlakuan orang lain terhadap kita. Kebencian dan rasa sakit yang menyengat perasaan kita sering membuat kita tidak bisa tidur dan menginginkan orang yang menyebabkan kita mengalami semua itu mendapatkan pembalasannya yang setimpal; kalau bukan kita sendiri yang mengutuki atau merencanakan pembalasan dendamnya. Walaupun kemudian disadari bahwa balas dendam tidak menghasilkan solusi apapun. Ada banyak contoh dari perjalanan balas dendam yang hanya menghancurkan hidup secara berkesinambungan dan penderitaan. Secara besar-besaran misalnya bisa kita lihat pada apa yang terjadi di Rwanda, Irlandia Utara, dan Bosnia. Kematian dan penderitaan dari generasi ke generasi menjadi saksi atas ketidakberdayaan dari pembalasan dendam.

Dalam doa; "Ampunilah kami seperti....... ", Yesus mengajarkan bahwa hanya dalam belas kasih, pengampunan dan pendamaian kembali di tengah relasi antar manusia di sana terjadi pemulihan yang diinginkan dalam hidup. Dan itulah kehendak Allah bagi kehidupan dan pemulihan hidup. Bila dalam interaksi pribadi dan interaksi yang lebih luas/skala nasional atau internasional, kita lebih memilih penghakiman dan balas dendam daripada pendamaian kembali, maka kita menyelewengkan kehendak Allah dan menghambat pembangunan Kerajaan Allah di muka bumi ini.

Kemampuan untuk berbelas kasih sangat berkaitan langsung dengan kesadaran akan belas kasih Allah yang kita alami. Hanya ketika kita mengakui kebaikan dan rahmat Allah maka kita bisa mengupayakan pendamaian daripada balas dendam. Sebab tanpa itu yang sering terjadi adalah kita sering terganggu dan bingung apabila segala sesuatu terjadi tidak seperti yang kita harapkan, tidak sesuai dengan aturan dan kehendak yang saya tetapkan.

"Ampunilah kami....." mengajarkan kepada kita sikap rendah hati dan jujur. Bahwa saya sama dengan musuh yang terburuk sekalipun sama-sama membutuhkan pengampunan. Dengan permohanan ini kita juga disadarkan betapa sikap membenarkan diri adalah dosa yang amat menggoda, sebab ketika saya menyukai kebaikan saya maka dosa-dosa orang lain tampak lebih jahat. Ketika saya melupakan kebutuhan saya untuk diampuni maka dosa orang lain menjadi lebih sulit untuk diampuni.

Seberapa sukarnya mengampuni? Pengampunan selalu merupakan hal yang amat sukar dilakukan. Apalagi kalau orang yang kepadanya kita tawarkan sikap berdamai dan mengampuni secara sukarela dan mereka membalasnya dengan sikap yang sama sekali di luar dugaan kita. Bukannya berterimakasih malah mereka memberikan reaksi yang menyerang atau melecehkan kita. Apakah kalau begitu pengampunan tidak berlaku bagi orang seperti itu?

"Ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami", adalah kalimat yang penuh dengan kebijaksanaan. Kita sendiri tidak sempurra karenanya kita selalu membutuhkan pengampunan dari Tuhan dan sesama. Pada saat yang sama orang lain pun bersalah kepada kita sehingga mereka membutuhkan pengampunan dari Tuhan dan kita.

LEPASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT

"Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat", merupakan pengakuan atas kecenderungan kita untuk masuk ke dalam dosa dengan segala dampak yang ada padanya. Dengan sangat kuat James M. menekankan bahwa salah satu bentuk pencobaan yang amat kuat menggoda manusia adalah uang/kekayaan. Bukan uang/kekayaan itu sendiri yang membawa manusia ke dalam pencobaan tetapi sikap cinta akan uang yang membuat kita jatuh dalam pelbagai pencobaan dan menjadi jahat. Hal yang lain adalah kekuasaan. Haus kekuasaan akan membuat manusia kehilangan citra manusiawinya terhadap sesamanya dan terutama Tuhan Penciptanya. Hasrat dan ketergantungan kita akan uang menjadikan manusia kehilangan nalar manusiawinya. Penggodaan yang datang dalam kehidupan kita pada dasarnya adalah sebuah dorongan pemuasan hasrat diri. Apakah itu kekayaan, kekuasaan, hawa nafsu, keserakahan dan pemuasan diri. Dalam permohonan ini maka kita diajak untuk perlahan walaupun menyakitkan kita belajar menyatukan kehendak kita dengan kehendak Allah dan mengubah kita menjadi makhluk penuh rahmat sebagaimana yang dikehendaki-Nya.

Dengan mengakui kelemahan dan ketidakberdayaan kita melawan pencobaan yang datang ke dalam hidup kita, maka di sana kita memohon agar kita diberi kekuatan untuk memusatkan perhatian kita pada prioritas-prioritas Allah.

Kisah Pencobaan Yesus di padang gurun merupakan gambaran yang sangat gamblang mengenai betapa kuatnya dorongan untuk menyembah kekuasaan dan kekayaan yang disodorkan kepada manusia. Membuat batu menjadi roti, adalah sebuah godaan yang memukul telak pada saat orang amat lapar sesudah berpuasa 40 hari 40 malam. Menggunakan kekuasaan, karunia dan segala kepunyaan untuk tu juan pribadi, merugikan godaan pertama yang disodorkan kepada Yesus. Lalu Yesus digoda dengan cobaan yang kedua, yaitu godaan untuk menggunakan kekuasaan, karunia dan segala kepunyaanNya untuk memajukan diri-Nya sendiri. Yesus dicobai untuk memanfaatkan hubungan-Nya dengan Allah agar mendapatkan hak istimewa bagi dirinya sendiri.

Cobaan yang terakhir adalah, sebuah keinginan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di dunia dan memilikinya dalam genggaman sendiri merupakan godaan yang amat berat untuk dilawan. Ada pemuasan ego dan segala hasrat bertumpuk di sana dengan cara yang tampaknya mudah yaitu menggadaikan nilai dan harkat dirinya sebagai makhluk ciptaan kekasih Allah yang diciptakan untuk berada dalam rencana Allah. "Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan" adalah suatu jeritan untuk mendapatkan kekuatan untuk melawan godaan-godaan yang membuat kita menyimpang dari ketaatan kepada rencana Allah dan menyembah Dia sebagai Tuhan yang kita taati dalam hidup kita.

"Lepaskanlah kami dari yang jahat", merupakan sebuah komitmen untuk terus berada dalam tuntunan kehendak Allah dan memenangkan pelbagai godaan yang menyerang hidup kita. Sebuah permohonan yang keluar dari kerendahan hati yang mengingatkan kita akan kelemahan kita sendiri dari pelbagai dorongan hawa nafsu dan angkara murka yang sewaktu-waktu dapat mengalahkan ketaatan iman kita pada perjalanan mengikuti karya-karya Allah bagi manusia. Permohonnn ini juga akan membimbing kita kepada sebuah hubungan yang aktif dengan Kristus yang sanggup mengalahkan godaan.
Permohonan ini adalah sebuah penyadaran betapa ingatan dan ketaatan akan kebenaran kehendak Allah sajalah yang akan membuat kita tetap berada pada jalur hidup yang seharusnya. Sebab di luar jalur itu kita akan berada dalam belenggu si jahat. Mamon yang akan membuat kita menukarkan imam dan kebenaran Allah dengan hawa nafsu dan kebodohan manusiawi kita.

Doa Bapa Kami - Bagian 1 8:21 AM

Kata Pengantar

Melalui tulisan kali ini kita akan mendalami makna doa Bapa Kami yang kali ini disajikan melalui penyarian dari ungkapan James Muholian dalam bukunya yang berjudul Praying Like Jesus, Dengan pendalaman yang tidak terlepas dari penghayatan pribadi kita diajak untuk menghayati makna doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam realita hidup sehari-hari.

Buletin pembinaan seri doa Bapa Kami ini akan dibagi dalam 2 seri. Kali ini kita akan membahas pernyataan yang diungkapkan dalam doa Bapa Kami yaitu: BAPA KAMI YANG DI SORGA dan DATANGLAH KERAJAANMU, JADIlLAH KEHENDAKMU DI BUMI SEPERTI DI DALAM SORGA.

Mari meresapi komitmen dan kedalaman dari isi doa Bapa Kami melalui hati dan pikiran yang jernih terhadap apa yang telah Yesus ajarkan dalam doa Bapa Kami.

I. BAPA KAMI YANG DI SURGA

a. ALLAH YANG KEPADA-NYA KITA BERDOA

Kalau kita berdoa, kepada Tuhan yang manakah kita menyampaikan permohonan kita?
Di tengah pelbagai sesembahan yang ada di dunia ini, maka satu pertanyaan teologis adalah : dengan nama apa kita memanggil Tuhan kita apabila kita datang kepada-Nya?
Dalam Alkitab kita mengenal ada beberapa istilah untuk menyebut Allah. Elohim adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Dan nama ini kemudian dijelaskan oleh Allah dalam menjawab pertanyaan Musa tentang nama allah. Di sana Dia menjelaskan nama-Nya sebagai YHWH, yang oleh orang Yahudi kemudian disebut sebagai ADONAI yang diterjemahkan sebagai Tuhan. Mereka meyakini bahwa nama YHWH adalah nama Allah tetapi mereka tidak mendorong orang untuk menyebutkannya karena dianggap terlalu suci untuk diucapkan. Allah Israel begitu suci dan kudus, memandang wajah-Nya sajapun akan berisiko kematian. Orang-orang yang datang kepada-Nya datang berlutut, mereka mendahului doa-doa mereka dengan mengakui kekuasaan dan kemuliaan Allah. Mereka berusaha meredakan kemarahanNya untuk memperoleh kemurahan hati-Nya.

Di tengah-tengah gambaran mengenai Allah yang sedemikian menakutkan dan agung itu, Yesus mengajar para murid-Nya untuk menyapa Allah sebagai seorang Bapa.

b. MAKNA ALLAH SEBAGAI BAPA
Meskipun Perjanjian Lama kadang-kadang menyebut Allah sebagai seorang Bapa (Mazmur 103:13), Yesus menegaskan bahwa hubungan akrab tersebut adalah gambaran utama-Nya tentang Allah.

la tidak mengutip istilah Penasihat yang Ajaib, Raja Damai, Allah yang Perkasa melainkan Yesus memilih istilah Bapa yang kekal (lihat istilah dalam Yesaya 9:5). Yesus memperkenalkan dengan jelas bahwa Allah yang oleh banyak orang dipandang dari kejauhan dengan rasa takut dan gemetar adalah seorang Bapa. Yesus tidak membuat doa menjadi sesuatu yang rumit dengan bermacam syarat tambahan dan ritualitas yang penuh dengan kebingungan dan kepura-puraan. Dia mengajarkan sebuah doa yang intim dengan sebutan Bapa untuk memanggil Allah.

Para pemimpin agama Yahudi pada zaman Yesus merasa amat tersinggung ketika Yesus memanggil Allah sebagai Abba/Bapa. Dalam suatu budaya di mana nama Allah tidak boleh disebutkan secara langsung, menyebutkan Allah sebagai Abba merupakan suatu hal yang amat mengagetkan bahkan dianggap sebagai hujatan.
Apa maksud Yesus menggunakan sebutan Bapa untuk sebuah jalan masuk kepada hubungan dengan Allah?

Tampaknya Yesus menggunakan gambaran Bapa untuk Allah dalam rangka mengimbangi gelar-gelar yang membuat Allah jauh dan tidak bersifat pribadi. Dengan cara ini, Yesus mendefinisikan hubungan kita dengan Allah secara baru. Allah adalah Tuhan yang akrab, mencintai dan mempunyai komitmen. Seperti orang tua yang kita panggil apabila kita terjaga dalam kegelapan, dalam cekaman mimpi buruk, yang mengeringkan air mata dan membasuh luka ketika kita terjerat dan terluka.

Allah sebagai Bapa adalah Allah yang penuh perhatian, setia dan rela berkorban bagi anak-anak-Nya. Di sana ada jaminan kasih sayang yang tak pernah mengecewakan yang pengenalannya sempurna atas kebutuhan anak-anak-Nya bahkan sebelum kita memintanya. Dengan memanggil Allah sebagai Bapa maka di sana ada jaminan akan cinta Allah yang tak pernah mengecewakan (lihat Matius 7:9-11). Memanggil Allah dengan sebutan Bapa, kita bertemu dengan Allah yang akan dengan sabar mendidik kita apabila kita keliru dengan permohonan kita. Sebab cinta-Nya menyadarkan bahwa saya mendapatkan apa yang sesungguhnya saya dambakan dan membuat saya ingin seperti Dia.

c. SEBUAH HUBUNGAN YANG INTIM DAN BERTANGGUNG JAWAB

Melalui sebutan Bapa, Yesus mengajar murid-Nya untuk berdoa dengan intim dan bertanggung jawab. Bila saya menyatakan bahwa Allah adalah Bapa saya, maka saya juga menerima tanggung jawab untuk menjadi seperti Dia.

Bila kita memiliki keberanian untuk berdoa Bapa Kami maka kita juga harus memiliki keberanian untuk hidup sebagai anak-anak-Nya. Kita tidak boleh mencemarkan martabat-Nya dan meniru teladan-Nya dalam hidup kita. Bahwa melalui pengungkapan diri kita, orang lain melihat betapa baiknya kita menghadirkan kebenaran dan karakter dari sang Bapa. Dan kebanggaan ini hanya akan terjadi bila anak-anak Allah menghargai relasi dengan Bapanya lebih dari pada sekedar ritual agama.

Kehendak dari Bapa yang dalam keberadaan-Nya yang mulia, telah menjadikan kita istimewa dalam kasih-Nya dan dengan menyebutkan Allah sebagai Bapa, di sana muncul sebuah tanggung jawab untuk menyenangkan hati Allah sebagai Bapa kita. Melalui kesediaan melaksanakan perintah dan menjalankan kehendakNya.

d. BERADA BERSAMA DALAM KOMUNITAS ORANG PERCAYA
Dengan kata "kami", maka di sana Yesus mengarahkan bahwa setiap orang percaya yang memanggil Bapa kepada Allah adalah seorang yang hidup dalam sebuah komunitas.
Di sini kita tidak berdoa hanya untuk kebutuhan sendiri secara egois, tetapi kebutuhan kami. Dengan cara ini kita bisa berhenti bertindak seolah-olah cinta Allah kepada orang lain akan mengurangi cinta-Nya bagi kita. Kita bisa menikmati hubungan kita dengan Allah tanpa mengabaikan tanggung jawab kita terhadap saudara-snudara kita yang membutuhkan cinta kasih yang sama dari Allah.

Berdoa demi kebutuhan-kebutuhan orang lain akan membantu kita untuk melihat betapa melimpahnya berkat yang kita terima dan kita menjadi lebih memiliki kepekaan terhadap diri sendiri.

Dengan menyebut Bapa kami dalam doa, kita mengundang Allah untuk memberi kita cara mencintai satu sama lain dan sekaligus menyadari akan betapa besarnya berkat Allah yang melimpah dalam hidup kita.

Melalui sebutan Bapa kami, di sana kita bukan hanya membangun keintiman dengan Allah namun juga kesadaran untuk bertanggung jawab sebagai anak Allah untuk hidup sesuai dengan karakter Bapanya dan komunitas yang di dalamnya ia terpanggil untuk saling mendukung dalam doanya.

e. SEBUTAN YANG MENDIDIK KITA UNTUK MENYANGKAL DIRI.

Melalui sebutan Bapa Kami di sana kita dididik untuk berani melakukan penyangkalan diri untuk tidak cemburu pada pemihakan Allah pada orang lain sebab kita menyadari bahwa Allah menjadikan kita semua istimewa menurut situasi dan kondisi yang sedang kita alami. Misalnya: orang miskin memerlukan makanan, tempat tinggal dll, sedangkan orang kaya membutuhkan pembebasan diri mereka dari ketergantungan akan harta.

Allah tidak mengistimewakan yang satu dan mengabaikan yang lain, dengan istilah Bapa kami, di sana ada kesadaran bahwa Allah menjadikan kita masing-masing istimewa dalam kasih-Nya, pada saat yang sama kita dididik untuk menyangkal diri dengan kerelaan hati dalam menikmati berkat yang dialami orang lain. Kita diajar untuk mempercayai kasih setia Allah yang menjadikan setiap kita menerima pemeliharaan yang benar di dalam Bapa kita. Di sana tidak ada anak emas dan anak yang ditelantarkan. Bukan hanya Allah mengerti akan apa yang dibutuhkan dan baik bagi anak-anak-Nya dalam kondisi dan keberadaannya masing-masing, tapi pada saat yang sama kita diajari kerelaan untuk melihat orang lain dengan cinta dan pemeliharaan yang sama. Penyangkalan diri di sini menjadi suatu bagian yang penting di mana kita diajar untuk tidak secara egois mengklaim berkat Allah hanya untuk diri sendiri.

II. DATANGLAH KERAJAAN-MU

a. JADILAN KEHENDAK-MU DI BUMI SEPERTI DALAM KERAJAAN SURGA

Bagaimana cara memahami kehendak Allah?
Seringkali kita memahami kehendak Allah dengan mernbawa kecenderungan egoisme kita. Allah ingin saya melakukan apa? Jalan mana yang paling sempurna yang dipersiapkan-Nya bagi saya? Bagaimana kita bisa menjamin kebahagiaan dan keberhasilan kita?

Beberapa orang bahkan mendefinisikannya sebagai anugerah kesehatan, kekayaan dll untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Sementara itu ada pihak yang lain yang mencari kehendak Allah dengan rasa takut. Kita beranggapan bahwa kehendak Allah adalah suatu jalan yang sempit dan tersembunyi di mana satu saja kesalahan yang kita lakukan kita akan menerima murka Allah. Yesus mengajar para murid-Nya untuk mencari kerajaan dan kehendak Allah sebelum mengajukan tuntutan dan permohonan mereka.
Yesus meminta agar para murid memberi perhatian khusus kepada kehendak Allah daripada kebutuhan-kebutuhan mereka (bandingkan Matius 6:33).

Dan memahami Kerajaan Allah merupakan kunci untuk mencari kehendak-Nya. Sebab mencari kehendak Allah tanpa memahami Kerajaan-Nya sama dengan memulai perjalanan tanpa peta. Dan Kerajaan Allah itu ada menunggu diwujudkan di bumi seperti di dalam surga, melalui kita orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Bila kita berdoa datanglah Kerajaan-Mu, maka di sana kita tidak sedang membuat suatu permohonan melainkan kita menjanjikan kesediaan kita untuk mengijinkan Kerajaan Allah dibangun di dalam dan melalui diri kita.

Kerajaan Allah tidak sama dengan kerajaan keagamaan. Pemahamnn tentang kehendak Yesus tidak boleh menjadi sebuah strategi untuk memperkaya diri atau menghukum kemiskinan sebagai dosa dan kekayaan sebagai rahmat.

Kerajaan Allah dibangun lebih berdasarkan rahmat daripada karya, lebih berdiri di atas cinta kasih ketimbang legalisme, lebih terbuka kepada semua orang ketimbang hanya kepada sejumlah kecil orang (Lukas 1:51-53; Lukas 4:18-19).

Dalam perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30, Yesus menjelaskan betapa Kerajaan Allah meminta seluruh perhatian dan tekad dari murid-murid-Nya untuk bekerja dan menerjemahkan kehendak Allah di bumi ini melalui apa yang sudah dikerjakan dan diajarkan Yesus. Tadi sebuah komitmen para murid untuk mewujudkan Kerajaan Allah di bumi seperti apa yang telah diajarkan Yesus kepada mereka. (bandingkan Wahyu 21:3-4).

Dengan permohonan datanglah kerajaan-Nya sesungguhnya sebuah persiapan dari para murid untuk bekerja dan berkarya di bumi untuk mewujudkan sebuah kondisi dan situasi seperti yang Allah kehendaki. Dengan permohanan ini sebuah keyakinan bahwa Allah sedang berproses di bumi ini menghadirkan terus kerajannNya melalui setiap orang yang berdoa: datanglah kerajaan-Mu. Sebab dalam doa tersebut, terjadi penyatuan antara kehendak Allah dengan kehendak kita. Sebuah keinginan untuk melakukan apa yang menyenangkan bagi Allah. Melalui permohonan ini Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk menerima Kerajaan Allah dan mengalami pengubahan hidup sesuai dengan yang Allah kehendaki.

Di sana terdapat sesuatu komitmen total yang di dalamnya termasuk kesediaan untuk masuk ke dalam penyangkalan diri. Contoh yang paling sempurna adalah apa yang diperlihatkan Yesus di Getsemani dalam doa-Nya, Di sana dia bersedia melakukan penyangkalan diri total yaitu kesediaan-Nya untuk mati agar Kerajaan Allah hadir di bumi melalui komitmen total-Nya. Sebuah kesediaan menerima kehendak Allah sebagai suatu yang lebih utama daripada kehendak kita, meskipun di sana lebih sering dialami perjuangan daripada kemenangan, penderitaan daripada kesenangan. Suatu komitmen yang keluar dari keyakinan bahwa Bapa kita yang di surga dapat dipercaya. Sebuah sikap aktif untuk mengenal dia secara lebih mendalam dan menjawab panggilan untuk menjalankan kehendak-Nya di bumi (bandingkan ungkapan Paulus dalam Filipi 3:10).
Maka permohonan "Datanglah kerajaan-Mu dan jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di dalam surga" yang diajarkan Yesus dalam Doa Bapa Kami adalah sebuah komitmen total dari orang percaya untuk mempercayai kehendak Allah dan menjalankannya di bumi di mana ia hidup dan melalui hidupnya. Kita dipanggil bersama dalam arak-arakan kemuridan Kristus untuk meyakini sebuah perubahan dunia menurut apa yang Allah kehendaki melului kesediaan kita menjalankan rahmat Allah dalam Kristus untuk memberlakukan kehendak dan karya-Nya di bumi di tempat kita hidup dan berada.

Penutup

Besar harapan kami bahwa melalui perenungan bersama kembali akan Doa Bapa Kami ini, kita akan didorong untuk menyadari hubungan yang intim dan penuh keyakinan kepada Allah yang adalah Bapa, yang hangat, dapat dipercaya dan mengenal setiap kita dengan sempurna.

Pada pihak yang lain kita diingatkan untuk menjadi anak yang bertangung jawab terhadap citra Bapanya melalui apa yang kita mohonkan dan responi dalam kehidupan kita sebagai anak-anakNya di bumi ini. Warga Kerajaan Allah yang bersedia memberi komitmennya baik dalam kesediaan memandang orang lain dan memperlakukannya dengan benar, maupun komitmen untuk terus berada dalam kesediaan bersama berada dan menyaksikan hadirnya Kerajaan Allah di bumi ini melalui sikap dalam kehidupan nyata kita.

Ada komunitas yang sedang menyejarah bersama, yang melalui doanya memahami kasih Allah sebagai Bapa yang menginginkan kita untuk saling mengingat, merelakan dan meninggalkan egoisme kita dalam hidup di dunia ini. Pusatnya bukan kebutuhan kita tetapi memahami kasih Sang Bapa dan mempercayai kebajikan-Nya dalam setiap jawaban yang diberikan kepada anak-anak-Nya serta menjalankan komitmen kita sebagai orang percaya yang berada dalam perjalanan sejarah Kerajaan Allah. Sebuah komitmen dan pengakuan bahwa kehendak-Nya menjadi pengakuan untuk karya dan karsa bersama di bumi di mana kita hidup dan ditempatkan bersama orang lain.

Lanjutkan ke Doa Bapa Kami - Bagian 2