Doa Bapa Kami - Bagian 1 8:21 AM

Kata Pengantar

Melalui tulisan kali ini kita akan mendalami makna doa Bapa Kami yang kali ini disajikan melalui penyarian dari ungkapan James Muholian dalam bukunya yang berjudul Praying Like Jesus, Dengan pendalaman yang tidak terlepas dari penghayatan pribadi kita diajak untuk menghayati makna doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada murid-murid-Nya dalam realita hidup sehari-hari.

Buletin pembinaan seri doa Bapa Kami ini akan dibagi dalam 2 seri. Kali ini kita akan membahas pernyataan yang diungkapkan dalam doa Bapa Kami yaitu: BAPA KAMI YANG DI SORGA dan DATANGLAH KERAJAANMU, JADIlLAH KEHENDAKMU DI BUMI SEPERTI DI DALAM SORGA.

Mari meresapi komitmen dan kedalaman dari isi doa Bapa Kami melalui hati dan pikiran yang jernih terhadap apa yang telah Yesus ajarkan dalam doa Bapa Kami.

I. BAPA KAMI YANG DI SURGA

a. ALLAH YANG KEPADA-NYA KITA BERDOA

Kalau kita berdoa, kepada Tuhan yang manakah kita menyampaikan permohonan kita?
Di tengah pelbagai sesembahan yang ada di dunia ini, maka satu pertanyaan teologis adalah : dengan nama apa kita memanggil Tuhan kita apabila kita datang kepada-Nya?
Dalam Alkitab kita mengenal ada beberapa istilah untuk menyebut Allah. Elohim adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Dan nama ini kemudian dijelaskan oleh Allah dalam menjawab pertanyaan Musa tentang nama allah. Di sana Dia menjelaskan nama-Nya sebagai YHWH, yang oleh orang Yahudi kemudian disebut sebagai ADONAI yang diterjemahkan sebagai Tuhan. Mereka meyakini bahwa nama YHWH adalah nama Allah tetapi mereka tidak mendorong orang untuk menyebutkannya karena dianggap terlalu suci untuk diucapkan. Allah Israel begitu suci dan kudus, memandang wajah-Nya sajapun akan berisiko kematian. Orang-orang yang datang kepada-Nya datang berlutut, mereka mendahului doa-doa mereka dengan mengakui kekuasaan dan kemuliaan Allah. Mereka berusaha meredakan kemarahanNya untuk memperoleh kemurahan hati-Nya.

Di tengah-tengah gambaran mengenai Allah yang sedemikian menakutkan dan agung itu, Yesus mengajar para murid-Nya untuk menyapa Allah sebagai seorang Bapa.

b. MAKNA ALLAH SEBAGAI BAPA
Meskipun Perjanjian Lama kadang-kadang menyebut Allah sebagai seorang Bapa (Mazmur 103:13), Yesus menegaskan bahwa hubungan akrab tersebut adalah gambaran utama-Nya tentang Allah.

la tidak mengutip istilah Penasihat yang Ajaib, Raja Damai, Allah yang Perkasa melainkan Yesus memilih istilah Bapa yang kekal (lihat istilah dalam Yesaya 9:5). Yesus memperkenalkan dengan jelas bahwa Allah yang oleh banyak orang dipandang dari kejauhan dengan rasa takut dan gemetar adalah seorang Bapa. Yesus tidak membuat doa menjadi sesuatu yang rumit dengan bermacam syarat tambahan dan ritualitas yang penuh dengan kebingungan dan kepura-puraan. Dia mengajarkan sebuah doa yang intim dengan sebutan Bapa untuk memanggil Allah.

Para pemimpin agama Yahudi pada zaman Yesus merasa amat tersinggung ketika Yesus memanggil Allah sebagai Abba/Bapa. Dalam suatu budaya di mana nama Allah tidak boleh disebutkan secara langsung, menyebutkan Allah sebagai Abba merupakan suatu hal yang amat mengagetkan bahkan dianggap sebagai hujatan.
Apa maksud Yesus menggunakan sebutan Bapa untuk sebuah jalan masuk kepada hubungan dengan Allah?

Tampaknya Yesus menggunakan gambaran Bapa untuk Allah dalam rangka mengimbangi gelar-gelar yang membuat Allah jauh dan tidak bersifat pribadi. Dengan cara ini, Yesus mendefinisikan hubungan kita dengan Allah secara baru. Allah adalah Tuhan yang akrab, mencintai dan mempunyai komitmen. Seperti orang tua yang kita panggil apabila kita terjaga dalam kegelapan, dalam cekaman mimpi buruk, yang mengeringkan air mata dan membasuh luka ketika kita terjerat dan terluka.

Allah sebagai Bapa adalah Allah yang penuh perhatian, setia dan rela berkorban bagi anak-anak-Nya. Di sana ada jaminan kasih sayang yang tak pernah mengecewakan yang pengenalannya sempurna atas kebutuhan anak-anak-Nya bahkan sebelum kita memintanya. Dengan memanggil Allah sebagai Bapa maka di sana ada jaminan akan cinta Allah yang tak pernah mengecewakan (lihat Matius 7:9-11). Memanggil Allah dengan sebutan Bapa, kita bertemu dengan Allah yang akan dengan sabar mendidik kita apabila kita keliru dengan permohonan kita. Sebab cinta-Nya menyadarkan bahwa saya mendapatkan apa yang sesungguhnya saya dambakan dan membuat saya ingin seperti Dia.

c. SEBUAH HUBUNGAN YANG INTIM DAN BERTANGGUNG JAWAB

Melalui sebutan Bapa, Yesus mengajar murid-Nya untuk berdoa dengan intim dan bertanggung jawab. Bila saya menyatakan bahwa Allah adalah Bapa saya, maka saya juga menerima tanggung jawab untuk menjadi seperti Dia.

Bila kita memiliki keberanian untuk berdoa Bapa Kami maka kita juga harus memiliki keberanian untuk hidup sebagai anak-anak-Nya. Kita tidak boleh mencemarkan martabat-Nya dan meniru teladan-Nya dalam hidup kita. Bahwa melalui pengungkapan diri kita, orang lain melihat betapa baiknya kita menghadirkan kebenaran dan karakter dari sang Bapa. Dan kebanggaan ini hanya akan terjadi bila anak-anak Allah menghargai relasi dengan Bapanya lebih dari pada sekedar ritual agama.

Kehendak dari Bapa yang dalam keberadaan-Nya yang mulia, telah menjadikan kita istimewa dalam kasih-Nya dan dengan menyebutkan Allah sebagai Bapa, di sana muncul sebuah tanggung jawab untuk menyenangkan hati Allah sebagai Bapa kita. Melalui kesediaan melaksanakan perintah dan menjalankan kehendakNya.

d. BERADA BERSAMA DALAM KOMUNITAS ORANG PERCAYA
Dengan kata "kami", maka di sana Yesus mengarahkan bahwa setiap orang percaya yang memanggil Bapa kepada Allah adalah seorang yang hidup dalam sebuah komunitas.
Di sini kita tidak berdoa hanya untuk kebutuhan sendiri secara egois, tetapi kebutuhan kami. Dengan cara ini kita bisa berhenti bertindak seolah-olah cinta Allah kepada orang lain akan mengurangi cinta-Nya bagi kita. Kita bisa menikmati hubungan kita dengan Allah tanpa mengabaikan tanggung jawab kita terhadap saudara-snudara kita yang membutuhkan cinta kasih yang sama dari Allah.

Berdoa demi kebutuhan-kebutuhan orang lain akan membantu kita untuk melihat betapa melimpahnya berkat yang kita terima dan kita menjadi lebih memiliki kepekaan terhadap diri sendiri.

Dengan menyebut Bapa kami dalam doa, kita mengundang Allah untuk memberi kita cara mencintai satu sama lain dan sekaligus menyadari akan betapa besarnya berkat Allah yang melimpah dalam hidup kita.

Melalui sebutan Bapa kami, di sana kita bukan hanya membangun keintiman dengan Allah namun juga kesadaran untuk bertanggung jawab sebagai anak Allah untuk hidup sesuai dengan karakter Bapanya dan komunitas yang di dalamnya ia terpanggil untuk saling mendukung dalam doanya.

e. SEBUTAN YANG MENDIDIK KITA UNTUK MENYANGKAL DIRI.

Melalui sebutan Bapa Kami di sana kita dididik untuk berani melakukan penyangkalan diri untuk tidak cemburu pada pemihakan Allah pada orang lain sebab kita menyadari bahwa Allah menjadikan kita semua istimewa menurut situasi dan kondisi yang sedang kita alami. Misalnya: orang miskin memerlukan makanan, tempat tinggal dll, sedangkan orang kaya membutuhkan pembebasan diri mereka dari ketergantungan akan harta.

Allah tidak mengistimewakan yang satu dan mengabaikan yang lain, dengan istilah Bapa kami, di sana ada kesadaran bahwa Allah menjadikan kita masing-masing istimewa dalam kasih-Nya, pada saat yang sama kita dididik untuk menyangkal diri dengan kerelaan hati dalam menikmati berkat yang dialami orang lain. Kita diajar untuk mempercayai kasih setia Allah yang menjadikan setiap kita menerima pemeliharaan yang benar di dalam Bapa kita. Di sana tidak ada anak emas dan anak yang ditelantarkan. Bukan hanya Allah mengerti akan apa yang dibutuhkan dan baik bagi anak-anak-Nya dalam kondisi dan keberadaannya masing-masing, tapi pada saat yang sama kita diajari kerelaan untuk melihat orang lain dengan cinta dan pemeliharaan yang sama. Penyangkalan diri di sini menjadi suatu bagian yang penting di mana kita diajar untuk tidak secara egois mengklaim berkat Allah hanya untuk diri sendiri.

II. DATANGLAH KERAJAAN-MU

a. JADILAN KEHENDAK-MU DI BUMI SEPERTI DALAM KERAJAAN SURGA

Bagaimana cara memahami kehendak Allah?
Seringkali kita memahami kehendak Allah dengan mernbawa kecenderungan egoisme kita. Allah ingin saya melakukan apa? Jalan mana yang paling sempurna yang dipersiapkan-Nya bagi saya? Bagaimana kita bisa menjamin kebahagiaan dan keberhasilan kita?

Beberapa orang bahkan mendefinisikannya sebagai anugerah kesehatan, kekayaan dll untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Sementara itu ada pihak yang lain yang mencari kehendak Allah dengan rasa takut. Kita beranggapan bahwa kehendak Allah adalah suatu jalan yang sempit dan tersembunyi di mana satu saja kesalahan yang kita lakukan kita akan menerima murka Allah. Yesus mengajar para murid-Nya untuk mencari kerajaan dan kehendak Allah sebelum mengajukan tuntutan dan permohonan mereka.
Yesus meminta agar para murid memberi perhatian khusus kepada kehendak Allah daripada kebutuhan-kebutuhan mereka (bandingkan Matius 6:33).

Dan memahami Kerajaan Allah merupakan kunci untuk mencari kehendak-Nya. Sebab mencari kehendak Allah tanpa memahami Kerajaan-Nya sama dengan memulai perjalanan tanpa peta. Dan Kerajaan Allah itu ada menunggu diwujudkan di bumi seperti di dalam surga, melalui kita orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Bila kita berdoa datanglah Kerajaan-Mu, maka di sana kita tidak sedang membuat suatu permohonan melainkan kita menjanjikan kesediaan kita untuk mengijinkan Kerajaan Allah dibangun di dalam dan melalui diri kita.

Kerajaan Allah tidak sama dengan kerajaan keagamaan. Pemahamnn tentang kehendak Yesus tidak boleh menjadi sebuah strategi untuk memperkaya diri atau menghukum kemiskinan sebagai dosa dan kekayaan sebagai rahmat.

Kerajaan Allah dibangun lebih berdasarkan rahmat daripada karya, lebih berdiri di atas cinta kasih ketimbang legalisme, lebih terbuka kepada semua orang ketimbang hanya kepada sejumlah kecil orang (Lukas 1:51-53; Lukas 4:18-19).

Dalam perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14-30, Yesus menjelaskan betapa Kerajaan Allah meminta seluruh perhatian dan tekad dari murid-murid-Nya untuk bekerja dan menerjemahkan kehendak Allah di bumi ini melalui apa yang sudah dikerjakan dan diajarkan Yesus. Tadi sebuah komitmen para murid untuk mewujudkan Kerajaan Allah di bumi seperti apa yang telah diajarkan Yesus kepada mereka. (bandingkan Wahyu 21:3-4).

Dengan permohonan datanglah kerajaan-Nya sesungguhnya sebuah persiapan dari para murid untuk bekerja dan berkarya di bumi untuk mewujudkan sebuah kondisi dan situasi seperti yang Allah kehendaki. Dengan permohanan ini sebuah keyakinan bahwa Allah sedang berproses di bumi ini menghadirkan terus kerajannNya melalui setiap orang yang berdoa: datanglah kerajaan-Mu. Sebab dalam doa tersebut, terjadi penyatuan antara kehendak Allah dengan kehendak kita. Sebuah keinginan untuk melakukan apa yang menyenangkan bagi Allah. Melalui permohonan ini Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk menerima Kerajaan Allah dan mengalami pengubahan hidup sesuai dengan yang Allah kehendaki.

Di sana terdapat sesuatu komitmen total yang di dalamnya termasuk kesediaan untuk masuk ke dalam penyangkalan diri. Contoh yang paling sempurna adalah apa yang diperlihatkan Yesus di Getsemani dalam doa-Nya, Di sana dia bersedia melakukan penyangkalan diri total yaitu kesediaan-Nya untuk mati agar Kerajaan Allah hadir di bumi melalui komitmen total-Nya. Sebuah kesediaan menerima kehendak Allah sebagai suatu yang lebih utama daripada kehendak kita, meskipun di sana lebih sering dialami perjuangan daripada kemenangan, penderitaan daripada kesenangan. Suatu komitmen yang keluar dari keyakinan bahwa Bapa kita yang di surga dapat dipercaya. Sebuah sikap aktif untuk mengenal dia secara lebih mendalam dan menjawab panggilan untuk menjalankan kehendak-Nya di bumi (bandingkan ungkapan Paulus dalam Filipi 3:10).
Maka permohonan "Datanglah kerajaan-Mu dan jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di dalam surga" yang diajarkan Yesus dalam Doa Bapa Kami adalah sebuah komitmen total dari orang percaya untuk mempercayai kehendak Allah dan menjalankannya di bumi di mana ia hidup dan melalui hidupnya. Kita dipanggil bersama dalam arak-arakan kemuridan Kristus untuk meyakini sebuah perubahan dunia menurut apa yang Allah kehendaki melului kesediaan kita menjalankan rahmat Allah dalam Kristus untuk memberlakukan kehendak dan karya-Nya di bumi di tempat kita hidup dan berada.

Penutup

Besar harapan kami bahwa melalui perenungan bersama kembali akan Doa Bapa Kami ini, kita akan didorong untuk menyadari hubungan yang intim dan penuh keyakinan kepada Allah yang adalah Bapa, yang hangat, dapat dipercaya dan mengenal setiap kita dengan sempurna.

Pada pihak yang lain kita diingatkan untuk menjadi anak yang bertangung jawab terhadap citra Bapanya melalui apa yang kita mohonkan dan responi dalam kehidupan kita sebagai anak-anakNya di bumi ini. Warga Kerajaan Allah yang bersedia memberi komitmennya baik dalam kesediaan memandang orang lain dan memperlakukannya dengan benar, maupun komitmen untuk terus berada dalam kesediaan bersama berada dan menyaksikan hadirnya Kerajaan Allah di bumi ini melalui sikap dalam kehidupan nyata kita.

Ada komunitas yang sedang menyejarah bersama, yang melalui doanya memahami kasih Allah sebagai Bapa yang menginginkan kita untuk saling mengingat, merelakan dan meninggalkan egoisme kita dalam hidup di dunia ini. Pusatnya bukan kebutuhan kita tetapi memahami kasih Sang Bapa dan mempercayai kebajikan-Nya dalam setiap jawaban yang diberikan kepada anak-anak-Nya serta menjalankan komitmen kita sebagai orang percaya yang berada dalam perjalanan sejarah Kerajaan Allah. Sebuah komitmen dan pengakuan bahwa kehendak-Nya menjadi pengakuan untuk karya dan karsa bersama di bumi di mana kita hidup dan ditempatkan bersama orang lain.

Lanjutkan ke Doa Bapa Kami - Bagian 2

0 comments: